Salah satu pasar tradisional adalah pasar kaget. Disebut pasar kaget karena adanya tiba-tiba. Tanpa inpres. Tanpa dana pemerintah. Biasanya berdiri di atas tanah-tanah kosong di perumahan. Buka pada hari-hari tertentu atau jam-jam tertentu. Umumnya pagi hari ba’da subuh sampai jam sepuluhan.
Karena buka pagi itulah barangkali kenapa ibu-ibu yang belanja maupun bapak-bapak yang mengantarkan istrinya tidak sempat mandi dulu.
Pagi ini saya yang juga belum mandi mengantarkan istri belanja di pasar kaget di jalan Rusa, Cikarang Baru. Istri juga belum mandi dan anak ketiga saya yang ngintil juga demikian. Sambil duduk di atas sadel motor, saya mengamati wajah-wajah pengunjung pasar kaget ini. Hampir seratus persen yang lewat di depan saya saya indikasikan belum mandi, termasuk seorang Bapak yang mengantarkan istrinya yang parkir di sebelah motor saya. Jadi saya ada temannya nih. Sama sama belum mandi.
Ada ciri-ciri nyata di raut wajah orang yang belum mandi. Mata yang masih sembab, kulit muka yang belum segar, rambut masih kusut…. dan baju daster belum dilepas. Saya, istri dan anak sayapun memenuhi kriteria ini kecuali …baju daster. Alhamdulillah, untuk pakaian tak nampak ciri-ciri itu pada kami bertiga….
Melihat fenomena ini saya jadi teringat anak saya yang di SD. Dia pernah belajar perbedaan pasar tradisional dan pasar modern. Katanya pasar modern itu satu pedagang jualannya banyak, harga pas tak ada tawar menawar, ada kasir untuk terima pembayaran, dagangan teratur rapih dan terawat bersih. Sedangkan pasar tradisional itu banyak pedagang, harga bisa ditawar, tidak ada kasir, kumuh dan bau, becek kalau hujan.
Maka sejak pagi ini saya tambahkan: ciri pasar tradisional adalah pengunjungnya belum mandi, pengunjungnya pake baju seadanya.. kayaknya kebanyakan pake baju yang dipakai saat tidur semalam . ….
Pantas saja pasar tradisional itu bau, ya….